St. Louis tempo dulu (1930-an)

SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya mempunyai keterkaitan dengan awal perkembangan gereja di Surabaya. Tanggal 7 Juli 1862, Kongregasi Bruder Santo Aloysius (CSA: Congregatio Sanctii Aloysii) mendirikan Sekolah Dasar Bijzondere Europeesche Schools (ELS) di daerah Krembangan, yang diawali dengan 20 siswa laki-laki. Pimpinan sekolah pada saat itu adalah Bruder Engelbertus. Broederschool di Krembangan (daerah Jalan Kepanjen) mengalami perkembangan yang sangat pesat di bawah pimpinan Overste Br. Engelbertus, oleh karena itu para bruder CSA memindahkan Broeder School dari pusat kota Surabaya lama ke Coen Boelevard 7 (Jalan Dr. Sutomo atau sekarang bernama Jalan M. Jasin Polisi Istimewa) pada tahun 1923. Sekolah tersebut mengacu pada pendidikan Belanda dan dikhususkan untuk anak laki-laki bangsa Belanda.

Karya pendidikan ini berawal dari Lager School (SD) St. Louis, kemudian berubah menjadi Midel Bare Uitgebred voor Lager Onderwijs atau MULO (SMP). Pada tahun 1950 berubah lagi menjadi Herstel Hogere Broeder School atau HBS (SMA), dan baru pada tanggal 1 Agustus 1951 diganti menjadi SMAK St. Louis. Di masa pergantian, sekolah berhasil membuka dua kelas tetapi belum dapat menentukan siapa yang akan menjadi kepala sekolah. Hal ini terkendala karena tidak banyak Bruder CSA yang menguasai Bahasa Indonesia. Melalui berbagai pertimbangan, maka Romo Engelbertus (alm) sebagai kepala sekolah hingga tahun 1953.

Awal berdirinya SMAK St. Louis, tingkat kelulusan hanya mampu mencapai 45% dari jumlah siswa yang ada. Namun hasil ini menempati peringkat tertinggi di Surabaya. Guru-guru yang mengajar pada saat itu bersifat “semenaraapsel” (seadanya, siapa saja yang mau menjadi guru), karena minimnya tenaga pengajar yang tersedia.Tahun 1953, Pak Lie menyelesaikan B-I dan diangkat menjadi guru Kimia resmi di SMAK St. Louis, dalam masa kepemimpinan Bruder (Br). Rosarius (1953-1958), dan diperkuat pula oleh Br. Marternus (guru dan dosen kursus B-I/II Ilmu Pasti). Keadaan ini kian mantap karena pada tahun 1954, J. Winarto manatan guru HBS dari St. Maria ikut bergabung. Tahun 1958, Br. Rosarius harus cuti sehingga kepemimpinan diserahkan kepada Pak Lie hingga tahun 1961, selanjutnya kepala sekolah dijabat oleh Br. Aquino sampai tahun 1965 dan dikemudian digantikan oleh Br. Valerianus dan tidak kembali. Hal ini menimbulkan krisis pengelolaan sekolah, dan untuk mengatasi hal tersebut, maka F.X.C. Purbyantoro ditunjuk sebagai kepala sekolah hingga tahun 1974.

Krisis berakhir setelah dilakukan peralihan pengelolaan dari Bruder CSA (Yayasan Mardi Wijayana Kodya Surabaya) kepada Romo-romo Congregatio Missionis melalui Yayasan Lazaris. Sejak tahun 1975-1979, kepala sekolah di jabat oleh Rm. Michael Utama Purnama, CM. Dalam masa kepemimpinan Rm. Michael ini SMAK St. Louis 1 mulai menerima siswa perempuan, dan akibat pengunduran Rm. Michael, pada tahun 1980-1981 terjadi suatu masa transisi sehingga untuk sementara pimpinan sekolah diserahkan kepada Ibu Hariwardjono. Tahun 1985, SMAK St. Louis 1 mendapat status “disamakan”. Semula status sekolah swasta yang ada hanya sekolah bersubsidi atau tak bersubsidi. Pada Juli 1989, Drs. F.J. Siswanto ditunjuk menjadi kepala sekolah hingga Juni 1991, selanjutnya mulai Juli 1991, kepala sekolah dijabat oleh Dott. Djoko Dwihatmono hingga Juni 2000. Mulai Juli 2000 dijabat oleh J.B. Soemardi hingga Juni 2002, dan mulai 1 Juli 2002 sampai 31 Juni 2012, kepala sekolah dijabat oleh Rm. Alexius Dwi Widiatna, CM. Tertanggal 1 Juli 2012 sampai 31 Juni 2016 SMA Katolik St. Louis 1 dijabat oleh Rm. Canisius Sigit Tridrianto, CM., sejak 31 Juli 2016 hingga 30 juni 2020 kepemimpinan berada dipundak Dra. Indah Noor Aini, M.Pd.,  dan pada tanggal 1 Juli 2020 sampai sekarang kepada sekolah dijabat oleh Dra. Sri Wahjoeni Hadi S.